Sabtu, 14 Februari 2015

PERTANIAN YANG DOMINAN DI INDONESIA ( SUMATERA SELATAN )

BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sub sektor perkebunan dalam perekonomian Indonesia mempunyai peranan  strategis, antara lain sebagai penyerap tenaga kerja, penyedia pangan, penopang pertumbuhan industri manufaktur dan sebagai sumber devisa Negara. Pengembangan subsektor perkebunan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan,pemerataan, dinamika ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan dalam bentuk kegiatan agribisnis maupun agroindustri.
Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumatera Selatan (2011), dari luas areal perkebunan seluas 2.391.249 Ha pada tahun 2010 maka sebagian besar atau hampir 50 persen berupa areal perkebunan karet atau seluas 1.195.111 hektar, selanjutnya berupa areal kebun kelapa sawit, kopi, kelapa dan tanaman perkebunan lainnya. Secara umum bahwa pengembangan agribisnis karet masih mempunyai prospek yang baik, ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk termasuk di Kabupaten Musi Rawas.
Secara internal pengembangan agribisnis karet didukung oleh potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas yang masih dapat ditingkatkan dan perkembangan industri hilir. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,00 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,30 juta ton pada tahun 1995 dan 1,90 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, atau 5,00% dari pendapatan devisa non-migas (Anwar, 2006).

B.      Rumusan Masalah
Uraian di atas menunjukkan bahwa pembangunan pertanian tidak semata-mata ditangani oleh Departemen Pertanian tetapi juga Departemen/Lembaga lain yang menangani sarana dan prasarana, kependudukan, pertanahan dan lain-lain. Agar kebijakan dan program peningkatan kesejahteraan masyarakat tani efektif,diperlukan dukungan data dan informasi yang lengkap dan akurat mengenai :
-          Pengertian Pertanian rakyat atau perkebunan (perusahaan pertanian)
-          pertanian karet di Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Musi Rawas
-          data dukung
-         profil (gambaran umum) dari pertanian rakyat dan perkebunan kabupaten Musi Rawas

BAB II PEMBAHASAN

A.     Pengertian Pertanian Rakyat Atau Perkebunan (Perusahaan Pertanian)
A.T Mosher (1968;19) mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewan di berbagai dunia.
Pertanian terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto, 1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
  1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan “farm” dalam Bahasa Inggris. pertanian rakyat: – umumnya diusahakan oleh keluarga
     – Berskala kecil
     – Padat karya dan tidak padat modal
     – Tanaman yang dibudidayakan pada umumnya tanaman pangan
     – Bersifat subsisten : output pertanian dikonsumsi, baru bila ada
         surplus dijual



  1. Perkebunan (perusahaan pertanian)
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalamekosistem yang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuandan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.[1]Tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran untuk membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski usaha penanaman pohon buah masih disebut usaha perkebunan. Tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan.
Perusahaan Pertanian
-          Perkebunan/plantation
-          Orientasi produksi komersial, khususnya komoditas ekspor

B.      Pertanian Karet Di Sumatera Selatan Khususnya Kabupaten Musi Rawas
Perkebunan karet (Hevea brasiliensis) di Provinsi Sumatera Selatan masih melibatkan banyak perkebunan rakyat.  Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumatera Selatan (2010), kepemilikan perkebunan oleh rakyat atau berupa perkebunan rakyat mencapai 95%  dari luas areal yang ada atau seluas sekitar 1135355 ha, memberikan banyak lapangan kerja atau sekitar 783.152 KK, sedangkan pendapatan rata-rata petani karet sekitar Rp 6.000.000,-/ha/bulan dan peredaran uang di Sumatera Selatan dari kegiatan perkaretan adalah sebesar Rp 75 milyar hingga Rp100 milyar per hari.
Menurut Nakajima (986), mengkaji sektor pertanian di negara sedang berkembang seperti di Indonesia, menyangkut karakteristik tiga aspek penting, yaitu (1) karaktersistik teknologi produksi pertanian, (2) karakteristik rumahtangga petani (farm household) sebagai satu unit ekonomi, dan (3) karakteristik produk-produk pertanian sebagai komoditas.
1.      Komposisi Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi Rawas
Aspek rumah tangga petani merupakan aspek penting untuk dipelajari mengingat sebagian besar produk sektor pertanian di Indonesia disumbang oleh kegiatan usahatani rumah tangga  Gambaran lain dari sektor pertanian di negara berkembang termasuk Indonesia umumnya di provinsi Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Musi Rawas terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian;  pertambangan dan  penggalian;  industri pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan, hotel & restoran; angkutan & komunikasi; keuangan, persewaan & jasa perusahaan; jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap  pendapatan Kabupaten  Musi Rawas relatif tinggi dan berdasarkan  visi Kabupaten  Musi Rawas 2006-2010  sektor pertanian adalah sektor yang menjadi tumpuan dan harus terus dikembangkan.

Tabel 1. Komposisi Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008

No
Lapangan Usaha
Jumlah
Persentase
Penduduk
(%)
(jiwa)
1
Pertanian
186.94
78,44
2
Pertambangan dan Penggalian
1.668
0,70
3
Industri Pengolahan
7.96
3,34
4
Listrik & Air Minum
0
0
5
Bangunan
2.693
1,13
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
19.474
8,17
7
Angkutan & Komunikasi
7.769
3,26
8
Keuangan, Persewaan & Jasa
405
0,17

 Perusahaan
9
Jasa - jasa 
11.415
4,97

Jumlah Total
238.324
100,00


Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009
Berdasarkan Tabel (16) dapat diketahui bahwa lapangan usaha mayoritas penduduk yang bekerja di Kabupaten Musi Rawas adalah sektor pertanian yaitu 78,44% atau 186.940 orang, baik sebagai petani sendiri maupun buruh tani. Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian disebabkan karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya lahan pertanian yang luas. Biasanya sektor pertanian lebih didominasi oleh pekerja keluarga, kebanyakan pekerjaan tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh anggota keluarga itu sendiri sehingga sebagian penduduk yang bekerja pada sektor ini berstatus sebagai pekerja tak dibayar. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk tersebut tidak mendapatkan pendapatan sebagaimana pekerja pada umumnya, tetapi tetap dikategorikan sebagai penduduk yang bekerja.
Sektor lainnya yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu 8,17% atau 19.474 orang. Komposisi penduduk menurut lapangan usaha di Kabupaten Musi Rawas terkecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa sebesar 0,17% atau 405 orang. Hal ini dikarenakan belum berkembangnya lapangan usaha penduduk di luar sektor pertanian sehingga penduduk Kabupaten Musi Rawas menumpukan hidupnya pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan.
C.      Data Dukung dari Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas
1.      Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-2008
Komoditas karet, kelapa sawit merupakan komoditas unggulan sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas. Nilai produksi komoditas subsektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel (20) berikut ini. 
Tabel 2. Nilai Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-2008
No
Nama Komoditas
Nilai Produksi (Rp)
2007
2008
1
Karet (Ficus elastica nois.x bl)
669.088.842.473
680.840.580.370
2
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
245.721.230.414
202.151.909.427
3
Kelapa (Cocos nucifera)
2.133.966.908
1.947.308.888
4
Kopi (Coffea arabica l)
43.052.974.156
49.447.027.429
5
Kayu manis (Cinnamomum burmani (nees) Bl.)
86.804.321
93.909.037
6
Kemiri (Aleurites moluccana)
193.240.276
219.824.305
7
Kakao (Theobroma cacao L.)
37.947.764
41.646.616
8
Aren (Arenga pinnata)
745.056.748
607.165.668
9
Tebu (Saccharum officinarum)
359.321.397
334.397.830
10
Pinang (Areca Catechu)
1.309.181.458
409.466.731
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009
Berdasarkan Tabel (2) menunjukkan bahwa komoditas karet menduduki nilai produksi urutan pertama pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 680.840.580.370 dengan kemampuan menghasilkan produksi sebanyak 128.864 ton. Perusahaan perkebunan besar swasta komoditas karet seperti   PT. Haruma Amin yang memiliki luas lahan 120 Ha mampu mengelola produksi karet sebanyak 31 ton di Kabupaten Musi Rawas. Komoditas kelapa sawit memiliki nilai produksi tertinggi kedua di subsektor tanaman perkebunan sebesar Rp 202.151.909.427 pada tahun 2008. Perusahaan perkebunan besar swasta komoditas kelapa sawit di Kabupaten Musi Rawas seperti  PT. Juanda Sawit Lestari mampu mengelola kelapa sawit berupa tandan buah segar menghasilkan 88.278,95 ton dengan luas tanam 10.960 Ha. Komoditas kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting yang menghasilkan minyak kelapa sawit mentah untuk diolah menjadi bahan baku minyak goreng.
Komoditas perkebunan yang memiliki nilai produksi terkecil tahun 2007-2008 adalah komoditas kakao dengan nilai produksi Rp 41.646.616. Komoditas kakao mampu menghasilkan jumlah produksi sebanyak 5.100 kg di Kabupaten Musi Rawas. Tanaman  kakao  tidak  saja  mempunyai  arti ekonomi, tetapi disisi lain juga memiliki nilai tambah yaitu dapat dijadikan tanaman yang bermanfaat untuk konservasi tanah khususnya untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis. Komoditas kayu manis merupakan komoditas yang memiliki nilai produksi terkecil setelah komoditas kakao. Kayu manis memiliki nilai produksi sebesar Rp 93.909.037,00 dan menghasilkan sebesar 14  ton pada tahun 2008 Kemampuan pekebun untuk meningkatkan mutu komoditas kayu manis masih rendah. Rendahnya mutu kayu manis disebabkan tidak diadakan pengeringan yang sempurna sehingga kadar airnya tinggi dan terjadi pelapukan.
2.      Laju Pertumbuhan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas
Pertumbuhan komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas dapat diketahui dari tingkat laju pertumbuhan komoditas perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Musi Rawas dari tahun 2004-2008. Tingkat perkembangan dari masing-masing komoditas perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat dari laju pertumbuhan komoditas tanaman perkebunan tersebut. Laju pertumbuhan komoditas perkebunan disajikan secara rinci pada Tabel (3).
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi  Rawas Tahun 2004-2008 (%)
Komoditas Tanaman
Tahun
Rata-Rata
Perkebunan
2004
2005
2006
2007
2008
Karet
246,424
177,596
-357,660
-85,991
17,564
-0,0413
Kelapa Sawit
1,363,258
207,930
337,979
1,138,880
-177,312
574,147
Kelapa
-320,305
1,003,029
620,196
-248,295
-87,470
193,431
kopi
-214,286
1,487,894
405,742
0,1255
148,156
365,824
kayu manis
-874,359
750,692
0,4241
205,895
81,847
33,663
kemiri
382,948
810,396
1,040,428
10,374
137,570
476,343
kakao
1,504,556
0,9595
-115,919
153,150
97,472
329,771
Aren
647,900
680,593
134,042
1,020,645
-185,075
459,621
Tebu
-169,319
675,845
453,865
-134,178
-69,363
151,370
Pinang
1,257.92
707,862
130,747
99,536
-687,235
2,566,024
Berdasarkan Tabel (3) dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan komoditas perkebunan pada tahun 2004-2008 bersifat fluktuatif. Tahun 2004 komoditas perkebunan yang mengalami nilai laju pertumbuhan positif adalah karet, kelapa sawit, kemiri, kakao, aren dan pinang. Keenam komoditas tersebut yang mengalami pertumbuhan paling besar adalah komoditas pinang yaitu sebesar 1.257,92% pada tahun 2004. Hal ini dikarenakan pinang mampu memproduksi sebanyak 254.900 kg dengan harga Rp. 2.418,81/kg, selain itu tanaman komoditas pinang sering digunakan sebagai tanaman hias. Komoditas yang memiliki laju pertumbuhan negatif adalah kelapa, kopi, kayu manis dan tebu. Keempat komoditas tersebut yang mengalami pertumbuhan paling kecil adalah komoditas kayu manis yaitu sebesar -87,43%. Nilai negatif ini dikarenakan komoditas kayu manis mengalami penurunan harga menjadi Rp. 3.639,42/kg dari tahun sebelumnya dan pekebun kurang memperhatikan pemeliharaan tanamannya (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009).  Laju pertumbuhan komoditas perkebuanan menginjak tahun 2005 terlihat secara keseluruhan memiliki nilai laju pertumbuhan yang positif. Nilai positif ini dikarenakan secara keseluruhan komoditas perkebunan mengalami peningkatan jumlah produksi di Kabupaten Musi Rawas. Sedangkan komoditas karet pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -35,76%. Pertumbuhan yang negatif ini dikarenakan komoditas karet mengalami penurunan harga menjadi Rp. 5.935,50/kg dari tahun sebelumnya dan mampu memproduksi sebanyak 123.332.000 kg dan rendahnya produktivitas perkebunan karet yang dihasilkan. Nilai laju pertumbuhan yang positif pada tahun 2006 terbesar adalah komoditas kemiri dengan tingkat pertumbuhan 104,04%. Tingkat pertumbuhan positif ini dikarenakan komoditas kemiri mengalami peningkatan harga yang cukup drastis dari tahun 2005 dengan harga Rp 5.066,67/kg menjadi Rp. 10.338,17/kg pada tahun 2006 (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009).
Komoditas kelapa kembali mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2007 sebesar -24,82% dan laju pertumbuhan positif terbesar pada tahun 2007 yaitu komodi kelapa sawit dengan tingkat pertumbuhan sebesar 113,18%. Hal ini dikarenakan penggunaan bibit yang kurang unggul sehingga kelapa mengalami penurunan harga hingga menjadi Rp 451,25/butir sedangkan kelapa sawit mengalami peningkatan harga menjadi  Rp. 775.83/butir dari tahun sebelumnya. Komoditas pinang merupakan komoditas yang memiliki tingkat pertumbuhan negatif terbesar yaitu dengan tingkat pertumbuhan -68,72% pada tahun 2008. Rantai pemasaran komoditas pinang di Kabupaten Musi Rawas adalah pekebun ,pengumpul ,pedagang, pengecer , konsumen (biji pinang untuk ramuan obat-obatan). Panjangnya rantai pemasaran komoditas pinang mengakibatkan keuntungan yang diterima pekebun menjadi kecil.
Nilai laju pertumbuhan yang memiliki nilai positif terbesar tahun 2008 adalah komoditas kemiri. Komoditas kemiri memiliki nilai laju pertumbuhan sebesar 13,75%, tingkat pertumbuhan yang positif ini dikarenakan harga komoditas mengalami peningkatan hingga mencapai Rp. 12.930,84/kg dan didukung iklim yang sesuai dengan pertumbuhan komoditas kemiri di Kabupaten Musi Rawas (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009). Rata-rata laju pertumbuhan komoditas perkebunan untuk lebih jelasnya





dapat disajikan pada Gambar (1) berikut. 








Berdasarkan Gambar (2) terlihat bahwa nilai laju pertumbuhan komoditas perkebunan secara rata-rata yang memiliki nilai laju pertumbuhan positif adalah kelapa sawit, kelapa, kayu manis, kemiri, kakao, aren, tebu dan pinang. Komoditas perkebunan yang mengalami pertumbuhan paling besar adalah pinang yaitu sebesar 256,60%. Hal ini dikarenakan jumlah produksi komoditas pinang selama tahun 2004-2007 bersifat tetap yaitu 254.900 kg namun harganya meningkat. Komoditas perkebunan yang memiliki nilai laju pertumbuhan yang negatif adalah karet yaitu dengan tingkat pertumbuhan    -0,04%. Hal ini dikarenakan harga karet yang bersifat fluktuatif selama tahun 2004-2008 seperti harga karet pada tahun 2004 yaitu Rp. 8.811,12 dan pada tahun 2006 komoditas karet mengalami penurunan harga menjadi Rp. 5.935,50. Komoditas karet juga memiliki beberapa kendala antara lain keterbatasan modal pekebun, minimnya ketersediaan sarana produksi, rendahnya pengetahuan dan keterampilan pekebun terhadap beberapa aspek teknis usahatani karet sehingga komoditas karet memiliki nilai laju pertumbuhan yang negatif (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009).







D.     Profil (Gambaran Umum) Dari Pertanian Rakyat Dan Perkebunan Kabupaten Musi Rawas
Peningkatan produksi karet di Indonesia terjadi pada tahun 1990-an dimana terjadi peningkatan sebesar 3,5% pertahun. Peningkatan ini disebabkan karena terjadinya peningkatan konsumsi dengan semakinmeningkatnya kebutuhan untuk bahan baku industri barang jadi dari karet, menyusul investasi dari negara produsen ban (Jepang) dan sepatu karet (Korea Selatan dan Taiwan) di Indonesia.
Di Kabupaten Musi Rawas, Sekotr Pertanian merupakan sektor andalan dalam peningkatan pendapatan regional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Musi Rawas yang selalu diatas 50 %, baik untuk harga konstan maupun harga berlaku, namun demikian masing-masing Kecamatan di Kabupaten mempunyai sektor-sektor andalan dalam basis perekonomian masyarakat, misalnya kecamatan Tugumulyo sektor andalannya adalah Padi, karena didukung oleh pengairan “ water Vang”, debit air mencukupi kebutuhan ribuan hektar sawah, bahkan Kecamatan Tugumulyo sebagai lumbung padi terbesar di Sumatera Selatan, Kecamatan Jaya Loka, Padi,karet dan Kelapa Sawit dan 12 kecamatan lainnya termasuk Batu kuning Lakitan Ulu (BKL) Ulu Terawas. Sektor andalannya adalah tananaman kering, yaitu Karet. Dalam rangka mencapai perekonomian yang seimbang dan mantap. Pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas masih terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produktivitas guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri serta meningkatkan pendapatan petani dan meningkat kesempatan kerja.
Dari analisis diatas terlihat bahwa usaha pengolahan karet layak dilakukan guna kesejahtraan masyarakat.













BAB III PENUTUP
·         Kesimpulan
Berdasarkan analisis tentang Strategi Pengembangan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Komoditas yang sangat Potensial adalah  karet untuk kesejahtraan masyarakat.




















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pendekatan Tipologi Klassen. http ://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 13 Desember 2009.
Arifin, Budi. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga. Jakarta.
Arsyad, Lincoln. 1992. Ekonomi Pembangunan. Penerbit : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
_______. 2004. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
_______. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE UGM. Yogyakarta.
BPS Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Sumatera Selatan Dalam Angka 2008. BPS Provinsi Sumatera Selatan.
BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas. 2009. Pendapatan Regional Kabupaten Musi Rawas Tahun 2009, RKPD 2009, RPJM 2005-2010, RPJP 2005-2025. BPS-BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas. 
BPS Kabupaten Musi Rawas. 2009. Kabupaten Musi Rawas Dalam Angka 2009, Indeks Harga Konsumen 2003-2008. BPS Kabupaten Musi Rawas. 
Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT.Pradnya Paramita. Jakarta.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar