BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sub sektor perkebunan dalam
perekonomian Indonesia mempunyai peranan strategis, antara lain sebagai penyerap
tenaga kerja, penyedia pangan, penopang pertumbuhan industri manufaktur dan
sebagai sumber devisa Negara. Pengembangan subsektor perkebunan diharapkan
dapat mendorong pertumbuhan,pemerataan, dinamika ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di pedesaan dalam bentuk kegiatan agribisnis maupun
agroindustri.
Menurut Dinas Pertanian dan
Perkebunan Sumatera Selatan (2011), dari luas areal perkebunan seluas 2.391.249
Ha pada tahun 2010 maka sebagian besar atau hampir 50 persen berupa areal
perkebunan karet atau seluas 1.195.111 hektar, selanjutnya berupa areal kebun
kelapa sawit, kopi, kelapa dan tanaman perkebunan lainnya. Secara umum bahwa
pengembangan agribisnis karet masih mempunyai prospek yang baik, ditinjau dari
prospek harga, ekspor dan pengembangan produk termasuk di Kabupaten Musi Rawas.
Secara internal pengembangan
agribisnis karet didukung oleh potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan,
produktivitas yang masih dapat ditingkatkan dan perkembangan industri hilir. Karet
merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir
terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1,00 juta ton pada tahun 1985 menjadi
1,30 juta ton pada tahun 1995 dan 1,90 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan
devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, atau 5,00% dari
pendapatan devisa non-migas (Anwar, 2006).
B.
Rumusan
Masalah
Uraian di atas menunjukkan bahwa pembangunan pertanian
tidak semata-mata ditangani oleh Departemen Pertanian tetapi juga
Departemen/Lembaga lain yang menangani sarana dan prasarana, kependudukan,
pertanahan dan lain-lain. Agar kebijakan dan program peningkatan kesejahteraan
masyarakat tani efektif,diperlukan dukungan
data dan informasi yang lengkap dan akurat mengenai :
-
Pengertian Pertanian rakyat atau perkebunan
(perusahaan pertanian)
-
pertanian
karet di Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Musi Rawas
-
data
dukung
-
profil
(gambaran umum) dari pertanian rakyat dan perkebunan kabupaten Musi Rawas
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertanian Rakyat Atau Perkebunan (Perusahaan Pertanian)
A.T Mosher (1968;19) mengartikan, pertanian adalah sejenis
proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian
usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik
pertanian yang primer. Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui
daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari
bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah,
serat dan minyak yang dapat digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan
hewan liar berlangsung di alam tanpa campur tangan manusia. Beribu-ribu macam
tumbuhan di berbagai bagian dunia telah mengalami evolusi sepanjang masa
sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu,
jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan
menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu.
Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang
hidup di daerah tersebut, karena beberapa di antara hewan itu memakan tumbuhan
yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai
akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan dan hewan di berbagai dunia.
Pertanian terbagi ke
dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto,
1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
- Pertanian rakyat atau disebut sebagai
pertanian dalam arti sempit
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit
pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di
mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung,
kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran
dan buah-buahan. Pertanian rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai
istilah lawan dari perkataan “farm” dalam Bahasa Inggris. pertanian rakyat: –
umumnya diusahakan oleh keluarga
– Berskala kecil
–
Padat karya dan tidak padat modal
– Tanaman yang dibudidayakan pada umumnya
tanaman pangan
– Bersifat subsisten : output pertanian
dikonsumsi, baru bila ada
surplus dijual
- Perkebunan (perusahaan pertanian)
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalamekosistem yang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuandan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat.[1]Tanaman yang ditanam bukanlah tanaman yang menjadi makanan pokok maupun sayuran untuk membedakannya dengan usaha ladang dan hortikultura sayur mayur dan bunga, meski usaha penanaman pohon buah masih disebut
usaha perkebunan. Tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan waktu
penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan.
Perusahaan Pertanian
-
Perkebunan/plantation
-
Orientasi
produksi komersial, khususnya komoditas ekspor
B. Pertanian Karet Di Sumatera Selatan Khususnya Kabupaten Musi Rawas
Perkebunan karet (Hevea brasiliensis) di Provinsi
Sumatera Selatan masih melibatkan banyak perkebunan rakyat. Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan
Sumatera Selatan (2010), kepemilikan perkebunan oleh rakyat atau berupa
perkebunan rakyat mencapai 95% dari luas
areal yang ada atau seluas sekitar 1135355 ha, memberikan banyak lapangan kerja
atau sekitar 783.152 KK, sedangkan pendapatan rata-rata petani karet sekitar Rp
6.000.000,-/ha/bulan dan peredaran uang di Sumatera Selatan dari kegiatan
perkaretan adalah sebesar Rp 75 milyar hingga Rp100 milyar per hari.
Menurut Nakajima (986), mengkaji sektor pertanian di negara
sedang berkembang seperti di Indonesia, menyangkut karakteristik tiga aspek
penting, yaitu (1) karaktersistik teknologi produksi pertanian, (2)
karakteristik rumahtangga petani (farm household) sebagai satu unit ekonomi,
dan (3) karakteristik produk-produk pertanian sebagai komoditas.
1.
Komposisi
Penduduk menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Musi Rawas
Aspek rumah tangga petani merupakan aspek penting untuk
dipelajari mengingat sebagian besar produk sektor pertanian di Indonesia
disumbang oleh kegiatan usahatani rumah tangga
Gambaran lain dari sektor pertanian di negara berkembang termasuk
Indonesia umumnya di provinsi Sumatera Selatan khususnya Kabupaten Musi Rawas terdiri dari sembilan sektor yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian;
industri pengolahan; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan, hotel
& restoran; angkutan & komunikasi; keuangan, persewaan & jasa
perusahaan; jasa-jasa. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
perekonomian yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Kabupaten Musi Rawas relatif tinggi dan berdasarkan visi Kabupaten Musi Rawas 2006-2010 sektor pertanian adalah sektor yang menjadi
tumpuan dan harus terus dikembangkan.
Tabel
1. Komposisi Penduduk menurut Lapangan
Usaha di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008
No
|
Lapangan Usaha
|
Jumlah
|
Persentase
|
Penduduk
|
(%)
|
||
(jiwa)
|
|||
1
|
Pertanian
|
186.94
|
78,44
|
2
|
Pertambangan dan Penggalian
|
1.668
|
0,70
|
3
|
Industri Pengolahan
|
7.96
|
3,34
|
4
|
Listrik & Air Minum
|
0
|
0
|
5
|
Bangunan
|
2.693
|
1,13
|
6
|
Perdagangan, Hotel & Restoran
|
19.474
|
8,17
|
7
|
Angkutan & Komunikasi
|
7.769
|
3,26
|
8
|
Keuangan, Persewaan & Jasa
|
405
|
0,17
|
|
Perusahaan
|
||
9
|
Jasa - jasa
|
11.415
|
4,97
|
|
Jumlah Total
|
238.324
|
100,00
|
|
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas,
2009
Berdasarkan Tabel (16)
dapat diketahui bahwa lapangan usaha mayoritas penduduk yang bekerja di
Kabupaten Musi Rawas adalah sektor pertanian yaitu 78,44% atau 186.940 orang,
baik sebagai petani sendiri maupun buruh tani. Banyaknya penduduk yang bekerja
di sektor pertanian disebabkan karena kondisi alam yang mendukung dan
tersedianya lahan pertanian yang luas. Biasanya sektor pertanian lebih
didominasi oleh pekerja keluarga, kebanyakan pekerjaan tersebut dilakukan
secara bersama-sama oleh anggota keluarga itu sendiri sehingga sebagian
penduduk yang bekerja pada sektor ini berstatus sebagai pekerja tak dibayar.
Hal ini menunjukkan bahwa penduduk tersebut tidak mendapatkan pendapatan
sebagaimana pekerja pada umumnya, tetapi tetap dikategorikan sebagai penduduk yang
bekerja.
Sektor lainnya yang
paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu 8,17% atau 19.474
orang. Komposisi penduduk menurut lapangan usaha di Kabupaten Musi Rawas
terkecil adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa sebesar 0,17% atau 405
orang. Hal ini dikarenakan belum berkembangnya lapangan usaha penduduk di luar
sektor pertanian sehingga penduduk Kabupaten Musi Rawas menumpukan hidupnya
pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan.
C. Data Dukung dari Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas
1. Nilai Produksi Komoditas Subsektor
Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-2008
Komoditas karet, kelapa
sawit merupakan komoditas unggulan sektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas.
Nilai produksi komoditas subsektor perkebunan di Kabupaten Musi Rawas tahun
2008 dapat dilihat pada Tabel (20) berikut ini.
Tabel 2. Nilai Produksi
Komoditas Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2007-2008
No
|
Nama Komoditas
|
Nilai Produksi (Rp)
|
|
2007
|
2008
|
||
1
|
Karet (Ficus elastica
nois.x bl)
|
669.088.842.473
|
680.840.580.370
|
2
|
Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis)
|
245.721.230.414
|
202.151.909.427
|
3
|
Kelapa (Cocos nucifera)
|
2.133.966.908
|
1.947.308.888
|
4
|
Kopi (Coffea arabica l)
|
43.052.974.156
|
49.447.027.429
|
5
|
Kayu manis (Cinnamomum
burmani (nees) Bl.)
|
86.804.321
|
93.909.037
|
6
|
Kemiri (Aleurites
moluccana)
|
193.240.276
|
219.824.305
|
7
|
Kakao (Theobroma cacao
L.)
|
37.947.764
|
41.646.616
|
8
|
Aren (Arenga pinnata)
|
745.056.748
|
607.165.668
|
9
|
Tebu (Saccharum
officinarum)
|
359.321.397
|
334.397.830
|
10
|
Pinang (Areca Catechu)
|
1.309.181.458
|
409.466.731
|
Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas,
2009
Berdasarkan Tabel (2) menunjukkan
bahwa komoditas karet menduduki nilai produksi urutan pertama pada tahun 2008
yaitu sebesar Rp 680.840.580.370 dengan kemampuan menghasilkan produksi
sebanyak 128.864 ton. Perusahaan perkebunan besar swasta komoditas karet
seperti PT. Haruma Amin yang memiliki
luas lahan 120 Ha mampu mengelola produksi karet sebanyak 31 ton di Kabupaten
Musi Rawas. Komoditas kelapa sawit memiliki nilai produksi tertinggi kedua di
subsektor tanaman perkebunan sebesar Rp 202.151.909.427 pada tahun 2008.
Perusahaan perkebunan besar swasta komoditas kelapa sawit di Kabupaten Musi
Rawas seperti PT. Juanda Sawit Lestari
mampu mengelola kelapa sawit berupa tandan buah segar menghasilkan 88.278,95
ton dengan luas tanam 10.960 Ha. Komoditas kelapa sawit merupakan tumbuhan
industri penting yang menghasilkan minyak kelapa sawit mentah untuk diolah menjadi
bahan baku minyak goreng.
Komoditas perkebunan yang memiliki
nilai produksi terkecil tahun 2007-2008 adalah komoditas kakao dengan nilai
produksi Rp 41.646.616. Komoditas kakao mampu menghasilkan jumlah produksi
sebanyak 5.100 kg di Kabupaten Musi Rawas. Tanaman kakao
tidak saja mempunyai
arti ekonomi, tetapi disisi lain juga memiliki nilai tambah yaitu dapat
dijadikan tanaman yang bermanfaat untuk konservasi tanah khususnya untuk
merehabilitasi lahan-lahan kritis. Komoditas kayu manis merupakan komoditas
yang memiliki nilai produksi terkecil setelah komoditas kakao. Kayu manis
memiliki nilai produksi sebesar Rp 93.909.037,00 dan menghasilkan sebesar
14 ton pada tahun 2008 Kemampuan pekebun
untuk meningkatkan mutu komoditas kayu manis masih rendah. Rendahnya mutu kayu
manis disebabkan tidak diadakan pengeringan yang sempurna sehingga kadar airnya
tinggi dan terjadi pelapukan.
2. Laju Pertumbuhan Komoditas Perkebunan
di Kabupaten Musi Rawas
Pertumbuhan komoditas perkebunan di
Kabupaten Musi Rawas dapat diketahui dari tingkat laju pertumbuhan komoditas
perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Musi Rawas dari tahun 2004-2008.
Tingkat perkembangan dari masing-masing komoditas perkebunan yang dihasilkan di
Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat dari laju pertumbuhan komoditas tanaman
perkebunan tersebut. Laju pertumbuhan komoditas perkebunan disajikan secara
rinci pada Tabel (3).
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Komoditas Perkebunan di Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2004-2008 (%)
Komoditas Tanaman
|
Tahun
|
Rata-Rata
|
||||
Perkebunan
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
|
Karet
|
246,424
|
177,596
|
-357,660
|
-85,991
|
17,564
|
-0,0413
|
Kelapa Sawit
|
1,363,258
|
207,930
|
337,979
|
1,138,880
|
-177,312
|
574,147
|
Kelapa
|
-320,305
|
1,003,029
|
620,196
|
-248,295
|
-87,470
|
193,431
|
kopi
|
-214,286
|
1,487,894
|
405,742
|
0,1255
|
148,156
|
365,824
|
kayu manis
|
-874,359
|
750,692
|
0,4241
|
205,895
|
81,847
|
33,663
|
kemiri
|
382,948
|
810,396
|
1,040,428
|
10,374
|
137,570
|
476,343
|
kakao
|
1,504,556
|
0,9595
|
-115,919
|
153,150
|
97,472
|
329,771
|
Aren
|
647,900
|
680,593
|
134,042
|
1,020,645
|
-185,075
|
459,621
|
Tebu
|
-169,319
|
675,845
|
453,865
|
-134,178
|
-69,363
|
151,370
|
Pinang
|
1,257.92
|
707,862
|
130,747
|
99,536
|
-687,235
|
2,566,024
|
Berdasarkan Tabel (3) dapat diketahui
bahwa laju pertumbuhan komoditas perkebunan pada tahun 2004-2008 bersifat
fluktuatif. Tahun 2004 komoditas perkebunan yang mengalami nilai laju
pertumbuhan positif adalah karet, kelapa sawit, kemiri, kakao, aren dan pinang.
Keenam komoditas tersebut yang mengalami pertumbuhan paling besar adalah
komoditas pinang yaitu sebesar 1.257,92% pada tahun 2004. Hal ini dikarenakan
pinang mampu memproduksi sebanyak 254.900 kg dengan harga Rp. 2.418,81/kg,
selain itu tanaman komoditas pinang sering digunakan sebagai tanaman hias.
Komoditas yang memiliki laju pertumbuhan negatif adalah kelapa, kopi, kayu
manis dan tebu. Keempat komoditas tersebut yang mengalami pertumbuhan paling
kecil adalah komoditas kayu manis yaitu sebesar -87,43%. Nilai negatif ini
dikarenakan komoditas kayu manis mengalami penurunan harga menjadi Rp.
3.639,42/kg dari tahun sebelumnya dan pekebun kurang memperhatikan pemeliharaan
tanamannya (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009).
Laju pertumbuhan komoditas perkebuanan menginjak tahun 2005 terlihat
secara keseluruhan memiliki nilai laju pertumbuhan yang positif. Nilai positif
ini dikarenakan secara keseluruhan komoditas perkebunan mengalami peningkatan
jumlah produksi di Kabupaten Musi Rawas. Sedangkan komoditas karet pada tahun
2006 mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -35,76%. Pertumbuhan yang
negatif ini dikarenakan komoditas karet mengalami penurunan harga menjadi Rp.
5.935,50/kg dari tahun sebelumnya dan mampu memproduksi sebanyak 123.332.000 kg
dan rendahnya produktivitas perkebunan karet yang dihasilkan. Nilai laju
pertumbuhan yang positif pada tahun 2006 terbesar adalah komoditas kemiri
dengan tingkat pertumbuhan 104,04%. Tingkat pertumbuhan positif ini dikarenakan
komoditas kemiri mengalami peningkatan harga yang cukup drastis dari tahun 2005
dengan harga Rp 5.066,67/kg menjadi Rp. 10.338,17/kg pada tahun 2006 (BPS
Kabupaten Musi Rawas, 2009).
Komoditas kelapa kembali mengalami
pertumbuhan negatif pada tahun 2007 sebesar -24,82% dan laju pertumbuhan positif
terbesar pada tahun 2007 yaitu komodi kelapa sawit dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 113,18%. Hal ini dikarenakan penggunaan bibit yang kurang unggul
sehingga kelapa mengalami penurunan harga hingga menjadi Rp 451,25/butir
sedangkan kelapa sawit mengalami peningkatan harga menjadi Rp. 775.83/butir dari tahun sebelumnya.
Komoditas pinang merupakan komoditas yang memiliki tingkat pertumbuhan negatif
terbesar yaitu dengan tingkat pertumbuhan -68,72% pada tahun 2008. Rantai
pemasaran komoditas pinang di Kabupaten Musi Rawas adalah pekebun ,pengumpul ,pedagang,
pengecer , konsumen
(biji pinang untuk ramuan obat-obatan). Panjangnya rantai pemasaran komoditas
pinang mengakibatkan keuntungan yang diterima pekebun menjadi kecil.
Nilai laju pertumbuhan yang memiliki
nilai positif terbesar tahun 2008 adalah komoditas kemiri. Komoditas kemiri
memiliki nilai laju pertumbuhan sebesar 13,75%, tingkat pertumbuhan yang
positif ini dikarenakan harga komoditas mengalami peningkatan hingga mencapai
Rp. 12.930,84/kg dan didukung iklim yang sesuai dengan pertumbuhan komoditas
kemiri di Kabupaten Musi Rawas (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009). Rata-rata laju
pertumbuhan komoditas perkebunan untuk lebih jelasnya
dapat disajikan pada Gambar (1) berikut.
Berdasarkan Gambar (2) terlihat bahwa
nilai laju pertumbuhan komoditas perkebunan secara rata-rata yang memiliki
nilai laju pertumbuhan positif adalah kelapa sawit, kelapa, kayu manis, kemiri,
kakao, aren, tebu dan pinang. Komoditas perkebunan yang mengalami pertumbuhan
paling besar adalah pinang yaitu sebesar 256,60%. Hal ini dikarenakan jumlah
produksi komoditas pinang selama tahun 2004-2007 bersifat tetap yaitu 254.900
kg namun harganya meningkat. Komoditas perkebunan yang memiliki nilai laju
pertumbuhan yang negatif adalah karet yaitu dengan tingkat pertumbuhan -0,04%. Hal ini dikarenakan harga karet
yang bersifat fluktuatif selama tahun 2004-2008 seperti harga karet pada tahun
2004 yaitu Rp. 8.811,12 dan pada tahun 2006 komoditas karet mengalami penurunan
harga menjadi Rp. 5.935,50. Komoditas karet juga memiliki beberapa kendala
antara lain keterbatasan modal pekebun, minimnya ketersediaan sarana produksi,
rendahnya pengetahuan dan keterampilan pekebun terhadap beberapa aspek teknis
usahatani karet sehingga komoditas karet memiliki nilai laju pertumbuhan yang
negatif (BPS Kabupaten Musi Rawas, 2009).
D.
Profil (Gambaran Umum) Dari Pertanian
Rakyat Dan Perkebunan Kabupaten Musi Rawas
Peningkatan produksi karet di
Indonesia terjadi pada tahun 1990-an dimana terjadi peningkatan sebesar 3,5%
pertahun. Peningkatan ini disebabkan karena terjadinya peningkatan konsumsi
dengan semakinmeningkatnya kebutuhan untuk bahan baku industri barang jadi dari
karet, menyusul investasi dari negara produsen ban (Jepang) dan sepatu karet
(Korea Selatan dan Taiwan) di Indonesia.
Di
Kabupaten Musi Rawas, Sekotr Pertanian merupakan sektor andalan dalam
peningkatan pendapatan regional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor
pertanian dalam PDRB Musi Rawas yang selalu diatas 50 %, baik untuk harga
konstan maupun harga berlaku, namun demikian masing-masing Kecamatan di
Kabupaten mempunyai sektor-sektor andalan dalam basis perekonomian masyarakat,
misalnya kecamatan Tugumulyo sektor andalannya adalah Padi, karena didukung
oleh pengairan “ water Vang”, debit air mencukupi kebutuhan ribuan hektar
sawah, bahkan Kecamatan Tugumulyo sebagai lumbung padi terbesar di Sumatera
Selatan, Kecamatan Jaya Loka, Padi,karet dan Kelapa Sawit dan 12 kecamatan
lainnya termasuk Batu kuning Lakitan Ulu (BKL) Ulu Terawas. Sektor andalannya
adalah tananaman kering, yaitu Karet. Dalam rangka mencapai perekonomian yang
seimbang dan mantap. Pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Musi Rawas masih
terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produktivitas guna memenuhi
kebutuhan pangan dan kebutuhan industri serta meningkatkan pendapatan petani
dan meningkat kesempatan kerja.
Dari analisis diatas terlihat
bahwa usaha pengolahan karet layak dilakukan guna kesejahtraan masyarakat.
BAB III PENUTUP
·
Kesimpulan
Berdasarkan analisis tentang Strategi Pengembangan Komoditas
Perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Klasifikasi komoditas perkebunan di Kabupaten Musi Rawas Komoditas
yang sangat Potensial adalah karet untuk
kesejahtraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Pendekatan Tipologi Klassen. http
://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 13 Desember 2009.
Arifin, Budi. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia.
Erlangga. Jakarta.
Arsyad, Lincoln. 1992. Ekonomi Pembangunan. Penerbit : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
_______. 2004. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbit Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
_______. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Daerah. BPFE UGM. Yogyakarta.
BPS Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Sumatera Selatan Dalam
Angka 2008. BPS Provinsi Sumatera Selatan.
BPS dan BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas. 2009. Pendapatan
Regional Kabupaten Musi Rawas Tahun 2009, RKPD 2009, RPJM 2005-2010, RPJP
2005-2025. BPS-BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas.
BPS Kabupaten Musi Rawas. 2009. Kabupaten Musi Rawas Dalam
Angka 2009, Indeks Harga Konsumen 2003-2008. BPS Kabupaten Musi Rawas.
Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis Pembangunan
Wilayah Pesisir dan Lautan. PT.Pradnya Paramita. Jakarta.