MAKALAH MATEMATIKA EKONOMI
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah Penerapan Diferensial Dalam
Ekonomi dengan baik tanpa adanya kendala apapun yang berarti.
Tugas makalah Penerapan Deferensial
Dalam Ekonomi ini kami susun agar
dapat memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah matematika ekonomi. Tujuan
lain penyusunan tugas ini adalah supaya para pembacanya dapat memahami tentang matematika
terapan dalam bisnis dan ekonomi.
Materi pada makalah ini kami buat
dengan menggunakan bahasa yang sederhana supaya dapat dimengerti oleh pembaca.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih
kepada pihak – pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam penyelesaian
makalah ini.
Saran dan kritik dari berbagai pihak
kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian,
terimakasih
Lubuklinggau,21
Januari 2013
Pajar
Pamuji
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………………….……i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………...…ii
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
…………………………………………………………………2
2.1 Pengertian
Diferensial ………………………………………………………..2
2.2 Penerapan
Diferensial ………………………………………………………..3
2.2.1 Elastisitas ……………………………………………………………...3
2.2.2 Pendapatan Konsumsi ………………………………………………...5
2.2.3 Pendapatan Tabungan …………………………………………………6
BAB
III PENUTUP ………………………………………………………………………8
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Diferensial
membahas tentang tingkat perubahan suatu fungsi sehubungan dengan perubahan
kecil dalam variabel bebas fungsi yang bersangkutan. Dengan diferensial dapat pula
disidik kedudukan – kedudukan khusus dari fungsi yang sedang dipelajari seperti
titik maksimum, titik belok dan titik minimumnya jika ada. Berdasarkan manfaat
– manfaat inilah konsep diferensial menjadi salah satu alat analisis yang
sangat penting dalam bisnis dan ekonomi. Sebagaimana diketahui, analisis dalam
bisnis dan ekonomi sangat akrab dengan masalah perubahan, penentuan tingkat
maksimum dan tingkat minimum.
Pendekatan
kalkulus diferensial amat berguna untuk menyidik bentuk gambar suatu fungsi non
linear. Dengan mengetahui besarnya harga dari turunan pertama (first derivative) sebuah fungsi, akan
dapat dikenali bentuk gambar dari fungsi tersebut. Secara berurutan seksi-seksi
berikut akan membahas hubungan antara fungsi non linear dan derivative pertamanya,
guna mengetahui apakah kurvanya menaik atau kan menurun pada kedudukan
tertentu; hubungan antara fungsi parabolic dan derivativenya, guna mengetahui
letak dan bentuk titik ekstrimnya (maksimum atau minimum) serta hubungan antara
fungsi kubik dan derivativenya guna mengetahui letak dan bentuk titik ekstrim
serta letak titik beloknya. Akan tetapi sebelum semua itu, marilah kita
perhatikan hubungan secara umum antara sebuah fungsi dan fungsi-fungsi
turunannya.
Berdasarkan
kaidah deferensi, dapat disimpulkan bahwa turunan dari suatu fungsi berderajat
“n” adalah sebuah fungsi berderajat “n-1”. Dengan perkataan lain, turunan dari
fungsi berderajat 3 adalah sebuah fungsi berderajat 2, turunan dari fungsi
berderajat 2 adalah sebuah fungsi berderajat 1, turunan dari fungsi berderajat
1 adalah sebuah fungsi berderajat 0 alias sebuah konstanta, dan akhirnya
turunan dari sebuah konstanta adalah 0.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Diferensial
Darivatif atau turunan
tidak dianggap sebagai suatu hasil bagi atau
pecahan dengan
sebagai pembilang dan dx sebagai penyebut,
melainkan sebagai lambang yang menyertakan limit dari
, sewaktu
mendekati nilai nol sebagai limit. Akan tetapi
untuk dapat memahami masalah – masalah tertentu kadang – kadang bermanfaat juga
untuk menafsirkan dx dan dy secara terpisah. Dalam hubungan ini dx menyatakan
diferensial x dan dy diferensial y. pengertian diferensial berguna sekali,
misalnya dalam aplikasinya pada kalkulus integral dan pada pendekatan perubahan
dalam variabel gayut yang berkaitan dengan perubahan – perubahan kecil dalam
variabel bebas.
Jika fَ (x) merupakan derivative dari fungsi f(x)
untuk nilai x tertentu dan
merupakan kenaikan dalam x, maka diferensial
dari f(x), yang dalam hal ini ditulis f(x), terdefinisikan oleh persamaan.
df
(x) = fَ
(x) .
Jika
f(x) = x, maka fَ (x) = 1, dan dx =
. Jadi jika x merupakan variabel bebas,
maka diferensial dx dari x sama dengan
.
Jika
y = f(x), maka
dy
= fَ
(x) dx =
dx
Jadi
diferensial suatu variabel gayut sama dengan hasil kali turunannya dengan
diferensial variabel bebas.
Secara
geometrical perhatikanlah kurva y = f(x) (lihat gambar 9 dibawah ini), dan
misalkan turunannya pada titik P = fَ (x). Maka dx = PQ dan dy = fَ (x) = (
)(PQ) =
Oleh
karena itu dy atau df (x) adalah kenaikan ordinat dari tangens yang berpadanan
dengan dx. Argumentasi geometrical ini membawa kita kepada penfsiran derivative
sebagai suatu hasil bagi atau pecahan, jika sembarang kenaikan dari variabel
bebas x pada suatu titik P (x,y) pada kurva y = f(x) dinyatakan dengan dx, maka
dalam rumusan turunannya.
=
fَ
(x) = (
)
dy
menyatakan kenaikan yang berpadan dari koordinat tangens pada P.
Perhatikan,
bahwa diferensial dy dan kenaikan
dari fungsi yang berpadan dengan nilai dx =
yang sama, pada umumnya tidaklah sama. Dalam
gambar.9 disamping dy = QT sedang
=
QPَ
Dari
gambar itu dapat dilihat dengan jelas, bahwa
=
QP', dan dy = QT kurang lebih sama, jika
=
PQ sangatlah kecil. Pada hakekatnya jika variabel bebas kecil sekali
perubahannya, maka diferensial fungsi itu hamper sama dengan kenaikan fungsi.
Jika diferensial fungsi dapat dipakai untuk mendekati perubahannya, apabila
perubahan variabel bebas keci sekali.
2.2 Penerapan Diferensial Ekonomi
2.2.1 Elastisitas
Elastisitas dari suatu fungsi
berkenaan dengan x dapat didefinisikan sebagai
:
Ini
berarti bahwa elastisitas
merupakan limit dari rasio antara perubahan
relative dalam y terhadap perubahan relative dalam x, untuk perubahan x yang
sangat kecil atau mendekati nol. Dengan terminology lain, elastisitas y
terhadap x dapat juga dikatakan sebagai rasio antara persentase perubahan y
terhadap perubahan x.
a)
Elastisitas Permintaan
Elastisitas
permintaan (istilahnya yang lengkap : elastisitas harga permintaan, price elasticity of demand) ialah suatu
koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan jumlah barang yang diminta akibat
adanya perubahan harga. Jadi, merupakan rasio antara persentase perubahan
jumlah barang yang diminta terhadap persentase perubahan harga. Jika fungsi
permintaan dinyatakan dengan Qd
= f(P), maka elastisitas permintaannya :
Dimana
tak lain adalah Q'd atau f'(P)
Permintaan akan suatu barang
dikatakan bersifat elastic apabila
, elastic – uniter jika
, dan inelastic bila
. Barang yang permintaanya elastic
mengisyaratkan bahwa jika harga barang tersebut berubah sebesar persentase
tertentu, maka permintaan terhadapnya akan berubah (secara berlawanan arah)
dengan persentase yang lebih besar daripada persentase perubahan harganya.
Contoh
kasus:
Fungsi permintaan akan suatu barang
ditunjukan oleh persamaan Qd = 25 – 3 P2 . tentukan
elastisitas permintaannya pada tingkat harga P = 5.
Qd = 25 – 3 P2
.
ηd
= 3 berarti bahwa apabila, dari kedudukan P = 5, harga naik (turun) sebesar 1
persen maka jumlah barang yang diminta akan berkurang (bertambah) sebanyak 3
persen.
b) Elastisitas
Penawaran
Elastisitas
penawaran (istilahnya yang lengkap : elastisitas harga penawaran, price elasticity of supply) ialah suatu
koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan jumlah barang yang ditawarkan berkenaan
adanya perubahan harga. Jadi, merupakan rasio antara persentase perubahan
harga. Jika fungsi penawaran dinyatakan dengan Qs = f(P), maka elastisitas penawarannya :
Dimana
tak lain adalah Q's atau f'(P).
Penawaran suatu barang dikatakan bersifat
elastic
apabila
, elastic – uniter jika
dan inelastic bila
. Barang yang penawarannya inelastic
mengisyaratkan bahwa jika harga barang tersebut (secara searah) dengan
persentase yang lebih kecil daripada persentase perubahan harganya.
Contoh
kasus :
Fungsi penawaran suatu barang dicerminkan
oleh Qs = -200 + 7 P2. Berapa elastisitas penawarannya
pada tingkat harga P = 10 dan P = 15 ?
Qs
= -200 + 7 P2
Q’s
= dQs / dP = 14 P
Pada
P = 10,
Pada
P = 15,
berarti
bahwa apabila dari kedudukan P = 10, harga naik (turun) sebesar 1 % maka jumlah
barang yang ditawarkan akan bertambah (berkurang) sebanyak 2,8%
Dan
berarti bahwa apabila dari kedudukan P = 15,
harga naik (turun) sebesar 1% maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah
(berkurang) sebanyak 2,3%
c) Elastisitas
Produksi
Elastisitas
produksi ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan jumlah keluaran
(output) yang dihasilkan akibat adanya perubahan jumlah masukan (input) yang
digunakan. Jadi, merupakan rasio antara persentase perubahan jumlah keluaran
terhadap persentase perubahan jumlah masukan. Jika P melambangkan jumlah produk yang dihasilkan sedangkan X melambangkan jumlah factor produksi
yang digunakan, dan fungsi produksi dinyatakan dengan P = f(X), maka efisiensi produksinya :
Dimana
adalah produk marjinal dari X [P' atau f' (X)].
Contoh
kasus :
Fungsi produksi suatu barang ditunjukan
oleh persamaan P = 6 X2 – X3. Hitunglah elastisitas
produksinya pada tingkat penggunaan factor produksi sebanyak 3 unit dan 7 unit.
P = 6 X2 – X3 P’ = dP / dX = 12 X – 3 X2
Pada
X = 3,
Pada
X = 7,
berarti bahwa, dari kedudukan X = 3, maka jika
jumlah input dinaikkan (diturunkan) sebesar 1% maka jumlah output akan
bertambah (berkurang) sebanyak 1 %
Dan
berarti bahwa, dari kedudukan X = 7, maka jika jumlah input dinaikkan
(diturunkan) sebesar 1% maka jumlah output akan bertambah (berkurang) sebanyak
9 %
2.2.2 Pendapatan Konsumsi
Dalam ekonomi makro, pendapatan masyarakat suatu
negara secara keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke dua kategori
penggunaan, yakni dikonsumsi dan ditabung. Jika pendapatan dilambang dengan Y,
sedangkan konsumsi dan tabungan masing –
masing dilambangkan dengan C dan S, maka kita dapat merumuskan persamaan:
Y = C + S
Baik konsumsi nasional maupun tabungan nasional pada
umumnya dilambangkan sebagai fungsi linear dari pendapatan nasional. Keduanya
berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan nasional
maka konsumsi dan tabungan akan semakin besar pula. Sebaliknya apabila
pendapatan berkurang, konsumsi dan tabungan pun akan berkurang pula, sehingga :
DY = ¶C + ¶S à diferensial
Karena ¶C + ¶S = dY à dY/dY = ¶C/dY + ¶S/dY à derivasi
¶C/dY = MPC (Marginal Propensity to Consume)
¶S/dY = MPS (Marginal Propensity to Save)
Sehingga terbukti bahwa MPC + MPS = 1
2.2.3 Pendapatan Tabungan
Konsep diferensial dengan mudah
dapat diperluas menjadi fungsi yang terdiri dari dua atau lebih variabel bebas.
Perhatikan fungsi tabungan berikut ini :
S = S (Y,i)
Dimana
S adalah tabungan (savings). Y adalah
pendapatan nasional (national income), dan i adalah suku bunga (interes rate).
Fungsi ini kita asumsikan seperti semua fungsi yang akan kita gunakan disini
diasumsikan kontinu dan memiliki derivative (parsial) kontinu, atau secara
simbolis, f Є C'. Derivatif parsial
mengukur kecenderungan marginal (marginal
propensity to save). Jadi, untuk semua perubahan dalam Y, dY, perubahan S
hasilnya dapat diaproksima dengan kuantitas
. Demikian juga jika perubahan dalam i,
di kita dapat
sebagai aproksimasi untuk menentukan perubahan
S yang dihasilkan. Jadi perubahan
total dalam S diaproksimsi dengan
diferensial
Atau
dengan menggunakan notasi yang lain,
Perhatikan
bahwa kedua derivative parsial Sy dan Si kembali menaikan
peran sebagai “pengubah” yang masing – masing mengubah dY dan di menjadi dS yang
bersesuaian. Pernyataan dS, yang
merupakan jumlah perubahan – perubahan hasil
aproksimasi dari kedua sumber, disebut diferensial total dari fungsi tabungan.
Dan proses untuk mencari diferensial total ini disebut diferensiasi total (total
differentiation), sebaliknya kedua komponen yang ditambahkan di ruas kanan
disebut sebagai diferensial parsial dari fungsi tabungan.
Tentu saja ada kemungkinan dimana Y
dapat berubah sedangkan i konstan. Dalam hal ini di = 0 dan diferensial total akan
disederhanakan menjadi diferensial parsial:
. Dengan membagi kedua sisi persamaan
dengan dY diperoleh
)i konstan
BAB III
PENUTUP
Diferensial
membahas tentang tingkat perubahan suatu fungsi sehubungan perubahan kecil
dalam variabel bebas fungsi yang bersangkutan. Derivasi adalah hasil yang
diperoleh dari proses diferensiasi.
Dalam ekonomi makro, pendapatan masyarakat suatu
negara secara keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan ke dua kategori
penggunaan, yakni dikonsumsi dan ditabung. Jika pendapatan dilambang dengan Y,
sedangkan konsumsi dan tabungan masing –
masing dilambangkan dengan C dan S, maka kita dapat merumuskan persamaan: Y = C + S
Semakin besar pendapatan nasional maka konsumsi dan
tabungan akan semakin besar pula. Sebaliknya apabila pendapatan berkurang,
konsumsi dan tabungan pun akan berkurang pula, sehingga : DY = ¶C + ¶S à diferensial
S = S (Y,i), dimana S adalah
tabungan (savings). Y adalah pendapatan nasional (national income), dan i
adalah suku bunga (interes rate).
Demikian
juga jika perubahan dalam i, di kita dapat
sebagai aproksimasi untuk menentukan perubahan
S yang dihasilkan. Jadi perubahan
total dalam S diaproksimsi dengan
diferensial
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy,
“Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi”, edisi kedua, BPFE, Yogyakarta,
1991